Mata uang kripto kini kian digandrungi masyarakat Indonesia. Buktinya, nilai transaksi Bitcoin cs pun melonjak drastis.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Indrasari Wisnu Wardhana mengatakan, tahun 2020 nilai transaksi dari Januari sampai Desember atau satu tahun penuh sebesar Rp 64,8 triliun. Tahun ini, dari Januari sampai April tembus Rp 237 triliun.
“Jadi bukan pertama sudah 400%,” katanya di Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Jumlah penggunanya pun juga naik drastis. Dari sebesar 2 juta pengguna tahun lalu, menjadi 5,6 juta tahun ini.
Kripto sendiri memang kerap disebut bukan instrumen investasi tapi spekulasi karena tidak ada underlying asset-nya. Namun menurutnya, underlying asset Bitcoin bisa dihitung.
Caranya dengan menghitung tiga unsur utama dalam menambang Bitcoin, yakni listrik, komputer, dan aplikasi. Untuk bisa mendapatkan 300 Bitcoin selama satu tahun dibutuhkan listrik hingga 20.000 MW. Tentunya listrik sebesar itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Ditambah, menambang Bitcoin sekarang ini biayanya makin mahal ketimbang di awal kemunculannya. Bitcoin sudah ditambang 18,7 juta dari 21 juta. Artinya, Bitcoin yang tersisa 2,3 juta saja sehingga membuat nilainya semakin tinggi.
“Berarti biaya menambangnya kalau itu hitungannya sudah di atas US$ 20 ribu per Bitcoin sekarang, dulu nggak sampai segitu,” katanya.
Dari situ, dia bilang, secara intrinsik memang tidak ada. Tapi, nilai Bitcoin minimal bisa dihitung dari ongkos menambang tambahnya,
Komentar