oleh

Ingin Menikah? Jangan Buru – Buru Pastikan 5 Hal ini !!!

 

JAKARTA, lahanberita.com- Mengarungi hidup yang indah bersama pasangan yang dicintai dalam sebuah biduk rumah tangga tentu menjadi dambaan bagi semua orang. Namun, jika tidak ada kesiapan sebelum memutuskan untuk menikah, kehidupan rumah tangga malah akan terasa seperti diterpa musibah.

Banyak faktor yang harus diperhatikan sebelum mulai berumah tangga, baik kesiapan secara mental, emosional, dan finansial adalah hal yang paling utama.

Sering kali masalah keuangan menjadi pemicu utama datangnya pertengkaran dan beban baru dalam kehidupan rumah tangga.

Agar tidak terjatuh dalam lubang hitam pasca menikah, apa saja sih yang perlu dibicarakan dengan pasangan terkait perencanaan keuangan sebelum menikah? Ini dia jawabannya!

1. Ketahui kondisi keuangan pasangan

Sebagai pasangan, kita harus jujur satu sama lain termasuk mengenai kondisi keuangan kita saat ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan kita memiliki tanggungan seperti sedang terlilit hutang, atau dia adalah tulang punggung keluarga.

2. Cari tahu kesehatan finansial pasangan

Setiap orang tentu memiliki kebiasaan yang berbeda dalam mengelola keuangan. Kita pun harus mengetahui bagaimana cara pasangan kita mengatur keuangan. Terkadang, sebagian orang belum bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Sehingga, uang yang dimiliki lebih sering dialokasikan untuk membeli sesuatu yang tak perlu, ketimbang menabung.

3. Siapa saja yang akan bekerja

Tidak semua pasangan beruntung memiliki kondisi keuangan yang aman, sehingga sang istri bisa fokus mengurus rumah tangga. Ada juga istri yang ingin tetap menjadi wanita karir. Namun, ada pula yang terpaksa harus bekerja demi membantu keuangan keluarga. Baik bagi pasangan untuk berdiskusi mengenai siapa yang akan bekerja, atau keduanya ingin bekerja.

 

4. Siapa yang akan mengatur keuangan keluarga

Seorang istri kerap menjadi pengendali keuangan dalam keluarga. Perempuan dianggap lebih teliti dalam menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam pernikahan, suami juga berhak loh mendampingi istri dalam mengelola keuangan rumah tangga. Tujuannya untuk memonitor apakah uang yang diberikan benar-benar digunakan untuk hal berguna atau dihamburkan begitu saja.

 

5. Fokus pada kehidupan setelah menikah

Banyak pasangan yang sudah mulai terbuka untuk membahas masalah keuangan sebelum menikah. Ada juga pasangan yang memiliki tabungan bersama sebagai bekal menuju pernikahan. Namun, sering kali pasangan yang hendak menikah hanya fokus untuk memenuhi biaya resepsi pernikahan saja, akhirnya keuangan mereka terombang-ambing pasca menyelenggarakan pesta.

 

Jika sudah kokoh secara finansial, maka setiap pasangan tidak akan lagi merasa khawatir tentang apa yang akan terjadi dengan keuangan di masa depan. Sehingga mereka bisa lebih berfokus pada memaknai arti bahagia dari sebuah pernikahan dan rumah tangga.

Banyak orang rela mengeluarkan uang kelewat lebih untuk mewujudkan impian pernikahan sempurna. Namun begitu, psikolog Sri Juwita Kusumawardhani menyatakan edukasi pranikah juga merupakan hal penting sebagai bekal pengetahuan dalam menjalani pernikahan. “Kebanyakan orang hanya fokus ke hari H saja, untuk mewujudkan dream wedding. Pre-marital education ini seperti life vest ini perlu untuk mengetahui apa yang akan dilakukan nantinya,” ujar Sri Juwita Kusumawardhani dalam talkshow “Ready to Say I Do,” di Jakarta, Sabtu (15/9/2018) dilansir Antara. Sri Juwita menyatakan edukasi pranikah juga dapat meningkatkan kualitas dan kepuasan pernikahan. Berdasarkan riset, Wita mengatakan, mereka yang menjalani edukasi pranikah memiliki hubungan pernikahan yang lebih baik. “Pasangan saling menerima,” kata dia.

Oleh karena itu, tambahnya, edukasi pranikah diharap dapat menghindari perceraian. Sebelum menikah, psikolog Sri Juwita mengatakan seseorang harus menyejahterakan diri sendiri dalam hal mental, yakni harus memiliki konsep dan harga diri, kemandirian, kematangan emosi dan mengetahui isu pribadi. Konsep diri yang tidak sehat ditemukan sebagai faktor kesehatan mental dan hubungan romantis yang buruk. “Jika tidak memiliki konsep dan kepercayaan diri kecenderungannya akan ada perselingkuhan karena ingin menunjukkan kehebatan kepada pasangan dengan cara selingkuh,” ujar Sri Juwita. Memiliki kemandirian finansial, menurut Wita, juga penting.

situs bandar judi slot online

Membiarkan adanya “stakeholder,” misalnya orang tua, dalam sebuah pernikahan, artinya mengizinkan mereka untuk melakukan intervensi. Kemandirian juga memiliki arti kemandirian dalam mengambil keputusan dan memiliki tujuan hidup pribadi. Tujuan hidup tidak hanya dalam hal materi, pasangan juga dapat memiliki target untuk menjadi pribadi yang lebih baik. “Salah satu ciri individu yang dewasa dan siap menikah ditandai dengan kemandirian,” kata Wita.

Selanjutnya, kematangan emosional juga wajib dimiliki sebelum menikah. Menurut Wita, mengecilkan perasaan pasangan termasuk tanda kurang matang secara emosi. Oleh karena itu, seseorang harus memahami perasaan diri sendiri dan mengetahui isu pribadi, misalnya kebiasaan saat marah.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed